Judul kolom

Minggu, 24 Agustus 2014

Adab-Adab Pencari Ilmu

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد:
 

Alhamdulillah ,kita sebagai seorang Muslim mendapatkan hidayah yang begitu mahalnya dari Allah Ta'ala,hidayah yang tidak bisa digantikan dengan dunia dan segala isinya,hidayah dan nikmat Islam,yang tidak setiap orang mendapatkan anugerah ini. Maka wajib kita mensyukurinya serta berusaha untuk mendapatkan hidayah tambahan untuk mengetahui tentang perkara-perkara yang diwajibkan dan diharamkan oleh Allah Ta'ala,dengan menuntut ilmu Syar’i,agar kita bisa melaksanakan kewajiban ibadah,yang merupakan tujuan hidup kita,dengan baik dan benar.
Karena Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Dengan menuntut ilmu seseorang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, Tauhid dan syirik, Sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan antara yang halal dan haram,serta antara yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.


Ketahuilah bahwa menuntut Ilmu Syar’i itu wajib bagi setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913)].
Jadi kewajiban menuntut ilmu itu mencakup seluruh Muslim dan Muslimah,siapapun dia,baik sebagai orang tua,anak muda,pedagang,karyawan,dosen,dokter,doktor,bahkan profesor,dan yang selainnya. Mereka wajib mengetahui ilmu fardhu 'ain,yaitu suatu ilmu yang jika seorang Muslim tidak mempelajarinya,dia tidak bisa menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah,dia akan meninggalkan kewajiban atau akan melakukan keharaman.

Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:

Pertama, hukumnya wajib (ilmu fardhu 'ain,peny.); seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa (baik yang terkait dengan hak Allah : Tauhid,rukun Islam,rukun Iman,maupun yang terkait dengan penunaian kewajiban
seorang hamba kepada sesama : akhlak,adab dan mu'amalah yang wajib,peny). Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.

Kedua, hukumnya fardhu kifayah (ilmu selain yang fardhu 'ain-peny.); seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Insya Allah tentang keutamaan ilmu akan saya jelaskan di sesi berikutnya.
Adapun yang akan kita pelajari selama sepekan ini -Insya Allah- adalah tentang adab Penuntut Ilmu,mengapa kita perlu mempelajarinya?
ALASAN MEMPELAJARI ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU
Ilmu yang benar,yang bermanfa'at,yaitu Ilmu Syari'at Islam ini,jika dipelajari dengan cara yang benar akan menyebabkan orang yang mencarinya menjadi orang yang bertakwa,orang yang benar keyakinan dan ibadahnya,orang yang baik akhlaknya,beradab dan santun.
Berkata Seorang Tabi'in senior Hasan Al-Bashri rahimahullah :


Imam al-Khatiib al-Baghdadi berkata : “Seyogyanya para penuntut ilmu Hadits (pengikut manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah), (berusaha untuk) membedakan dirinya dari kebiasaan orang-orang awam dalam semua urusan (tingkah laku dan sikap)nya, dengan (berusaha) mengamalkan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semaksimal mungkin, dan membiasakan dirinya mengamalkan sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ}
Sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Qs. al-Ahzaab: 21).
Namun barangkali masih banyak didapatkan seorang penuntut ilmu Syari'at,yang sudah ngaji bertahun-tahun,menyelesaikan belajar kitab ini dan itu,bisa baca kitab-kitab Ulama yang berbahasa Arab,hafal sekian banyak dalil, bahkan ada juga yang sudah hafal Al-Qur`an,pandai berceramah dan menjadi rujukan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan Agama Islam,bahkan mungkin sudah bergelar dengan gelar yang tinggi,namun ternyata tidak banyak nampak pengaruh ilmu yang bermanfa'at pada dirinya,hal itu nampak pada buruknya : tingkah lakunya,ucapan dan senda guraunya,malasnya dalam beribadah dan akhlaknya yang buruk. Tidak beradab kepada Orang Tuanya,kepada Ustadznya dan buruk mu'amalah dengan sesama Santri. Mengapa demikian?
Dengarkanlah jawaban pertanyaan kita ini dari IbnulQoyyim rahimahullah :


Ya ,pastilah ada kotoran yang mengotorinya! Dan kotoran-kotoran tersebut bisa kita hindari ,diantaranya dengan mempelajari adab-adab di dalam menuntut ilmu. Sehingga dengan taufik dari Allah Ta'ala,kemudian dengan mempelajari dasar-dasar Islam dan adab-adab menuntut ilmu yang benar seorang penuntut ilmu Agama Islam akan menjadi orang yang bertakwa,orang yang benar keyakinan dan ibadahnya,orang yang baik akhlaknya,beradab dan santun.








MANHAJ SALAF DALAM MENUNTUT ILMU
Penyebab kita mempelari adab-adab menuntut ilmu,setidaknya ada dua :
  1. Keutamaan-keutamaan beradab dalam menuntut ilmu.
Perlu diketahui bahwa Adab yang di maksud disini adalah
وذكر ابن حجر- رحمه الله تعالى - في شرحه لكتاب الأدب من صحيح الإمام البخاري رحمه الله قال : الأدب استعمال ما يُحمد قولاً و فعلاً وعبر بعضهم عنه بأنه أخذ بمكارم الأخلاق 
berarti beradab dalam menuntut ilmu berarti beradab kepada Syaikh/Ustadz,terhadap teman sesama Penuntut Ilmu,terhadap kitab Ulama dan selainnya.
Dengan demikian berbicara tentang keutamaan beradab dalam menuntut ilmu berarti berbicara tentang akhlak karimah dan adab Islami. Dan sudah jelas keutamaan-keutamaannya,seperti :
Diriwayatkan dari Hadits Abud Darda Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda,


"‏ مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِىْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ‏" ‏

Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang mu’min pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik.” (At Tirmidzi, yang lainnya,shahih)
Dalam Hadits lain disebutkan,

"إِنَّ مِن أَحَبِّكُمْ إِلىَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّى مَجْلِساً يَوْمَ الْقِياَمَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقاً" 
Sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari Kiamat ialah yang paling baik akhlaknya di antara kalian, dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kalian ...”(At-Tirmidzi ,Shahih)



  1. Fenomena dan kenyataan adanya sebagian penuntut ilmu yang sudah lama mengaji,sudah banyak menghadiri majelis Ta'lim,sekian kitab-kitab Ulama sudah dikhatamkan,tetapi akhlaknya,adabnya masih banyak buruknya,belum nampak pengaruh yang besar pada ibadahnya,hal ini mendorong kita untuk menengok kembali bagaimana para Salaf dalam menuntut ilmu,bagaimana manhaj mereka?
As-SalafushShalih,mereka adalah panutan kita di dalam memahami ajaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan di dalam mengamalkannya.
 ثبت في الصحيحين من حديث ابن مسعود رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم "


Dan salah satu keistimewaan terbesar yang ada pada manhaj Salaf, adalah bahwa manhaj ini dibangun di atas ilmu (pemahaman) Agama yang benar, dan pengamalan yang baik, ...
sehingga orang yang benar-benar mengikuti manhaj ini akan terbimbing dalam pemahaman Agamanya sehingga terhindar dari segala macam bentuk syubhat, sekaligus terbimbing dalam pengamalan dari ilmu tersebut sehingga terhindar dari segala macam bentuk syahwat.
Berarti manhaj Salaf adalah manhaj ilmu dan amal!
Tidak hanya perhatian terhadap menuntut ilmu,namun juga perhatian mengamalkan ilmu.
Guru pertama dalam ilmu dan amal adalah Rasulullah
صلى الله عليه وسلم ,kemudian diikuti oleh Sahabat,Tabi'in, dan Tabi'utTabi'in serta orang-orang yang sesudah mereka. Inilah contoh-contoh tersebut :
1. Contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Dengan keistimewaan ini pulalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya,
ما ضل صاحبكم وما غوى
Kawanmu (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak sesat (dalam ilmu) dan tidak pula menyimpang (dalam amal).” (QS. An-Najm: 2).
Dalam Ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyucikan petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari dua macam kerusakan yaitu: adh-dhalaal (kesesatan/ kerusakan dalam ilmu dan pemahaman), dan al-ghawaayah/ al-ghayy (penyimpangan/ kerusakan dalam amal). Ini berarti dalam petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tedapat dua bimbingan sekaligus: Al-Huda (bimbingan dalam ilmu dan pemahaman) dan Al-Rusyd (bimbingan dalam amal), dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling sempurna dalam memahami dan mengamalkan Agama ini.



2. Contoh dari Sahabat radliyallahu 'anhum :
Demikian pula dua bimbingan ini ada pada petunjuk yang dibawa oleh Al-Khulafa’ Ar-raasyidiin (para Sahabat utama yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat), sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
وقال عليه الصلاة والسلام : " ... فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين ، ......رواه أحمد وأبوداود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح .


...Hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnah (petunjuk)ku dan petunjuk Al-Khulafa’ Ar-Raasyidiin Al-Mahdiyyin …”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dan At-Tirmidzi,dan beliau berkata : Hadits ini hasan shahih.



Dalam Hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyifati para sahabat utama yang menggantikan kepemimpinan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat sebagai Al-Khulafa’ Ar-Raasyidiin Al-Mahdiyyin, artinya para khalifah yang memiliki Al-Rusyd yaitu bimbingan dalam amal (lawan dari al-ghawaayah), dan memiliki Al-Huda yaitu bimbingan dalam ilmu dan pemahaman (lawan dari adh-dhalaal). Maka ini menunjukkan bahwa orang yang benar-benar mengikuti petunjuk Al-Khulafa’ Ar-Raasyidiin dan termasuk para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara keseluruhan akan terbimbing dengan baik dalam memahami dan mengamalkan Agama Islam ini.
3. Contoh dari Tabi'in ,murid-murid Sahabat radliyallahu 'anhum :
Kita dapati para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari kalangan At-Tabi’in yang langsung menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak hanya mempelajari dari para sahabat radliyallahu 'anhum ilmu secara teori, akan tetapi mereka juga mempelajari bagaimana mengamalkan dan mempraktekkan ilmu tersebut.
Muhammad bin Sirin Al Bashri rahimahullah (wafat tahun 110 H),
Dalam masalah ilmu :
Beliau seorang Imam besar Tabi’in yang sangat terpercaya dan teliti dalam meriwayatkan Hadits,
قال محمد بن جرير الطبري : كان ابن سيرين فقيها ، عالما ، ورعا أديبا ، كثير الحديث ، صدوقا ، شهد له أهل العلم والفضل بذلك ، وهو حجة
Dalam masalah amal :
Dalam biografi beliau diterangkan bahwa beliau adalah orang yang sangat wara’ (hati-hati dalam masalah halal dan haram) dan tekun beribadah, sehingga
قال أبو عوانة : رأيت محمد بن سيرين في السوق ، فما رآه أحد إلا ذكر الله .
Aku melihat Muhammad bin sirin di pasar, tidaklah seorangpun melihat dia kecuali orang itu akan mengingat Allah”.



4. Contoh dari Tabi'utTabi'in,murid-murid Tabi'in rahimahumullah :
Abdullah bin Al Mubarak Al Marwazi rahimahullah (wafat tahun 181 H),
Dalam masalah ilmu :
Imam besar yang ternama dari kalangan Atba’ut Tabi’in (murid para Tabi’in) yang semangat dalam menuntut ilmu,
 يقول عبد الرحمن بن أبي حاتم : «سمعت أبي يقول: كان ابن المبارك رَبَعَ الدنيا بالرحلة في طلب الحديث، لم يدع اليمن ولا مصر ولا الشام ولا الجزيرة والبصرة ولا الكوفة»، وقد شهد له أحمد بن حنبل بذلك أيضاً.
Dimana mendapatkan ilmu dia tulis,tidak peduli apakah beliau ambil faedah ilmu tersebut dari seniornya atau yuniornya,guru,kakak kelas atau adik kelasnya,dalam biografinya tercatat,


وقد كان ينشد العلم حيث رآه ويأخذه حيث وجده، لا يمنعه من ذلك مانع، كتب عمن هو فوقه، وعمن هو مثله، وتجاوز ذلك حتى كتب العلم عمن هو أصغر منه.



Dalam masalah amal :
Beliau disifati sebagai orang yang terkumpul padanya semua sifat-sifat baik, sampai-sampai Imam Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah memuji beliau dengan mengatakan:



 قال ابن عُيينة : نظرت في أمر الصحابة، وأمر عبد الله، فما رأيت لهم عليه فضلاً إلا بصحبتهم النبي ، وغزوهم معه.


Aku memperhatikan (membandingkan) sifat-sifat para Sahabat radhiyallahu ‘anhum dan sifat-sifat Abdullah bin Al Mubarak, maka aku tidak melihat para Sahabat melebihi keutamaan beliau kecuali karena mereka menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berjihad bersama beliau.”
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :
وهو الذي قال عنه الحافظ في التقريب: ثقة فقيه إمام  جَوَادٌ مجاهد جمعت فيه خصال الخير.
Dia adalah seorang yang terpercaya lagi sangat teliti (dalam meriwayatkan Hadits), orang yang memiliki ilmu dan pemahaman (yang dalam), dermawan lagi berjihad (di jalan Allah Ta’ala), terkumpul padanya (semua) sifat-sifat baik”.



5. Contoh Ulama sesudah mereka rahimahumullah :
Biografi Imam besar penghafal Hadits yang ternama,
هو الإمام أبو داود، سليمان بن الأشعث بن إسحاق السجستاني، أحد حفاظ الحديث وعلمه وعلله، صاحب السنن.
Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats As Sijistani (wafat tahun 275 H), pemilik kitab “Sunan Abi Dawud”.
Dalam nukilan itu disebutkan mata rantai guru-guru beliau dalam mempelajari ilmu Hadits sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
  1. Imam Ahmad bin Hambal: guru utama Imam Abu Dawud,
  2. Kemudian وكيعُ بن الجرَّاح  : termasuk guru utama Imam Ahmad,
  3. Lalu  سفيان بن سعيد بن مسروق الثوري : guru utama Imam Waki’ bin Al Jarrah,
  4. Selanjutnya منصور بن المعتمر : termasuk guru utama Sufyan Ats Tsauri,
  5. Seterusnya إبراهيم بن يزيد  النخعي : termasuk guru utama Manshur bin Al Mu’tamir,
  6. Kemudian   علقمة بن قيس النخعي  : guru utama Ibrahim An Nakha-i dan termasuk murid ‘senior’ Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud ,
  7. Selanjutnya Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang langsung menimba ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka ini semua adalah Imam-Imam besar Ahlul Hadits yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Hadits-Hadits mereka dicantumkan dalam kitab-kitab Hadits yang ternama, seperti “Shahih Al Bukhari”, “Shahih Muslim” dan lain-lain.
Yang menarik dari nukilan itu adalah semua Imam-imam besar tersebut disifati sebagai “orang yang diserupakan dengan gurunya dalam petunjuk dan tingkah lakunya”,
كان أبو داود يُشبَّه بأحمد بن حنبل في هديه ودله وسمته، وكان احمد يشبه في ذلك بوكيع، وكان وكيع يشبه في ذلك بسفيان، وسفيان بمنصور، ومنصور بإبراهيم، وإبراهيم بعلقمة، وعلقمة بعبد الله بن مسعود، وقال علقمة: كان ابن مسعود يشبه بالنبي صلى الله عليه وآله في هديه ودله.



mulai dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau diserupakan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam petunjuk dan tingkah laku beliau, kemudian ‘Alqamah diserupakan dengan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dalam petunjuk dan tingkah laku beliau, seterusnya sampai kepada Imam Abu Dawud, beliau diserupakan dengan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah dalam petunjuk dan tingkah laku beliau.
Dalam nukilan tersebut kita dapati bahwa para Ulama Ahlus Sunnah dalam menimba ilmu Agama tidak hanya mengutamakan pengambilan ilmu secara teori belaka, akan tetapi mereka juga mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku guru-guru mereka secara maksimal, sehingga Imam Abu Dawud rahimahullah dapat mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui teladan yang beliau ambil dari guru-guru beliau padahal rentang masa antara beliau dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat jauh sekali.
6. Contoh Ulama Abad ini :
Syaikh Abdul'Aziz bin Baz rahimahullah (wafat tahun 1420 H ,sekitar 13-an tahun yang lalu)
Kesaksian Syaikh AbdulMuhsin Al-Abbad hafidzhohullah Ta'ala setelah menyebutkan pujian Ibnu Hajar terhadap Imam Abdullah ibnulMubarak,lalu berkata :
وهذه الأوصاف التي ذكرها الحافظ ابن حجر عن الإمام عبد الله بن المبارك رحمة الله عليه تُشبٍّهها صفات سماحة شيخنا الشيخ عبد العزيز بن باز رحمة الله عليه، فقد جمع الله تعالى فيه كثيراً من خصال الخير.
Adapun ilmunya sudah ma'ruf dari kitab-kitab dan kedudukan beliau. Dengan demikian beliau juga mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui teladan yang beliau ambil dari guru-guru beliau padahal rentang masa antara beliau dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat jauh sekali.



Disusun dari dari tulisan dan ceramah Ustadzuna Abdullah Taslim,MA hafidzhullah dengan sedikit tambahan dan perubahan.























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko online Muslim