Adab-Adab Pencari Ilmu
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد:
Alhamdulillah
,kita sebagai seorang Muslim mendapatkan hidayah yang begitu
mahalnya dari Allah Ta'ala,hidayah yang tidak bisa digantikan dengan
dunia dan segala isinya,hidayah dan nikmat Islam,yang tidak setiap
orang mendapatkan anugerah ini. Maka wajib kita mensyukurinya serta
berusaha untuk mendapatkan hidayah tambahan untuk mengetahui tentang
perkara-perkara yang diwajibkan dan diharamkan oleh Allah
Ta'ala,dengan menuntut ilmu Syar’i,agar kita bisa melaksanakan
kewajiban ibadah,yang merupakan tujuan hidup kita,dengan baik dan
benar.
Karena
Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya
tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya
harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Dengan
menuntut ilmu seseorang dapat membedakan antara yang haq dan yang
bathil, Tauhid dan syirik, Sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan
yang munkar, dan antara yang halal dan haram,serta antara yang
bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah
serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ketahuilah bahwa menuntut Ilmu Syar’i itu wajib bagi setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913)].
Ketahuilah bahwa menuntut Ilmu Syar’i itu wajib bagi setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913)].
Jadi
kewajiban menuntut ilmu itu mencakup seluruh Muslim dan
Muslimah,siapapun dia,baik sebagai orang tua,anak
muda,pedagang,karyawan,dosen,dokter,doktor,bahkan profesor,dan yang
selainnya. Mereka wajib mengetahui ilmu fardhu 'ain,yaitu suatu ilmu
yang jika seorang Muslim tidak mempelajarinya,dia tidak bisa
menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah,dia akan meninggalkan
kewajiban atau akan melakukan keharaman.
Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib (ilmu fardhu 'ain,peny.); seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa (baik yang terkait dengan hak Allah : Tauhid,rukun Islam,rukun Iman,maupun yang terkait dengan penunaian kewajiban seorang hamba kepada sesama : akhlak,adab dan mu'amalah yang wajib,peny). Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah (ilmu selain yang fardhu 'ain-peny.); seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib (ilmu fardhu 'ain,peny.); seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa (baik yang terkait dengan hak Allah : Tauhid,rukun Islam,rukun Iman,maupun yang terkait dengan penunaian kewajiban seorang hamba kepada sesama : akhlak,adab dan mu'amalah yang wajib,peny). Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah (ilmu selain yang fardhu 'ain-peny.); seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Insya
Allah tentang keutamaan ilmu akan saya jelaskan di sesi berikutnya.
Adapun
yang akan kita pelajari selama sepekan ini -Insya Allah- adalah
tentang adab Penuntut Ilmu,mengapa kita perlu mempelajarinya?
ALASAN
MEMPELAJARI ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU
Ilmu
yang benar,yang bermanfa'at,yaitu Ilmu Syari'at Islam ini,jika
dipelajari dengan cara yang benar akan menyebabkan orang yang
mencarinya menjadi orang yang bertakwa,orang yang benar keyakinan dan
ibadahnya,orang yang baik akhlaknya,beradab dan santun.
Berkata
Seorang Tabi'in senior Hasan Al-Bashri rahimahullah :
Imam
al-Khatiib al-Baghdadi berkata : “Seyogyanya para penuntut ilmu
Hadits (pengikut manhaj
Ahlus Sunnah wal Jama’ah),
(berusaha untuk) membedakan dirinya dari kebiasaan orang-orang awam
dalam semua urusan (tingkah laku dan sikap)nya, dengan (berusaha)
mengamalkan petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam semaksimal
mungkin, dan membiasakan dirinya mengamalkan sunnah-sunnah
beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam,
karena sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
{لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ}“Sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Qs. al-Ahzaab: 21).
Namun
barangkali masih banyak didapatkan seorang penuntut ilmu
Syari'at,yang sudah ngaji
bertahun-tahun,menyelesaikan
belajar kitab ini dan itu,bisa baca kitab-kitab Ulama yang berbahasa
Arab,hafal sekian banyak dalil, bahkan ada juga yang sudah hafal
Al-Qur`an,pandai berceramah dan menjadi rujukan dalam menjawab
pertanyaan yang terkait dengan Agama Islam,bahkan mungkin sudah
bergelar dengan gelar yang tinggi,namun ternyata tidak banyak nampak
pengaruh ilmu yang bermanfa'at pada dirinya,hal itu nampak pada
buruknya : tingkah lakunya,ucapan dan senda guraunya,malasnya dalam
beribadah dan akhlaknya yang buruk. Tidak beradab kepada Orang
Tuanya,kepada Ustadznya dan buruk mu'amalah dengan sesama Santri.
Mengapa demikian?
Dengarkanlah
jawaban pertanyaan kita ini dari IbnulQoyyim rahimahullah :
Ya ,pastilah ada kotoran yang mengotorinya! Dan kotoran-kotoran tersebut bisa kita hindari ,diantaranya dengan mempelajari adab-adab di dalam menuntut ilmu. Sehingga dengan taufik dari Allah Ta'ala,kemudian dengan mempelajari dasar-dasar Islam dan adab-adab menuntut ilmu yang benar seorang penuntut ilmu Agama Islam akan menjadi orang yang bertakwa,orang yang benar keyakinan dan ibadahnya,orang yang baik akhlaknya,beradab dan santun.
MANHAJ
SALAF DALAM MENUNTUT ILMU
Penyebab
kita mempelari adab-adab menuntut ilmu,setidaknya ada dua :
- Keutamaan-keutamaan beradab dalam menuntut ilmu.
Perlu
diketahui bahwa Adab yang di maksud disini adalah
وذكر
ابن حجر-
رحمه
الله تعالى -
في
شرحه لكتاب الأدب من صحيح الإمام البخاري
رحمه الله قال :
الأدب
استعمال ما يُحمد قولاً و فعلاً وعبر
بعضهم عنه بأنه أخذ بمكارم الأخلاق
berarti
beradab dalam menuntut ilmu berarti beradab kepada
Syaikh/Ustadz,terhadap teman sesama Penuntut Ilmu,terhadap kitab
Ulama dan selainnya.
Dengan
demikian berbicara tentang keutamaan beradab dalam menuntut ilmu
berarti berbicara tentang akhlak karimah dan adab Islami. Dan sudah
jelas keutamaan-keutamaannya,seperti :
Diriwayatkan
dari Hadits Abud Darda Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam beliau bersabda,
"
مَا
شَىْءٌ أَثْقَلُ فِىْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ"
“Tidak
ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang mu’min pada hari
kiamat selain dari akhlak yang baik.” (At
Tirmidzi, yang
lainnya,shahih)
Dalam
Hadits
lain disebutkan,
"إِنَّ
مِن أَحَبِّكُمْ إِلىَّ وَأَقْرَبَكُمْ
مِنِّى مَجْلِساً يَوْمَ الْقِياَمَةِ
أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقاً"
“Sesungguhnya
orang yang paling kucintai di antara kalian dan yang paling dekat
tempat duduknya denganku pada hari Kiamat ialah yang paling baik
akhlaknya di antara kalian, dan sesungguhnya orang yang paling
kubenci di antara kalian ...”(At-Tirmidzi
,Shahih)
- Fenomena dan kenyataan adanya sebagian penuntut ilmu yang sudah lama mengaji,sudah banyak menghadiri majelis Ta'lim,sekian kitab-kitab Ulama sudah dikhatamkan,tetapi akhlaknya,adabnya masih banyak buruknya,belum nampak pengaruh yang besar pada ibadahnya,hal ini mendorong kita untuk menengok kembali bagaimana para Salaf dalam menuntut ilmu,bagaimana manhaj mereka?
As-SalafushShalih,mereka
adalah panutan kita di dalam memahami ajaran Rasulullah صلى
الله عليه وسلم dan
di dalam mengamalkannya.
ثبت
في الصحيحين من حديث ابن مسعود رضي الله
عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
" خير
الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين
يلونهم "
sehingga orang yang benar-benar mengikuti manhaj ini akan terbimbing dalam pemahaman Agamanya sehingga terhindar dari segala macam bentuk syubhat, sekaligus terbimbing dalam pengamalan dari ilmu tersebut sehingga terhindar dari segala macam bentuk syahwat.
Berarti manhaj Salaf adalah manhaj ilmu dan amal!
Tidak hanya perhatian terhadap menuntut ilmu,namun juga perhatian mengamalkan ilmu.
Guru pertama dalam ilmu dan amal adalah Rasulullah
صلى الله عليه وسلم ,kemudian diikuti oleh Sahabat,Tabi'in, dan Tabi'utTabi'in serta orang-orang yang sesudah mereka. Inilah contoh-contoh tersebut :
1. Contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Dengan keistimewaan ini pulalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya,
ما ضل صاحبكم وما غوى
“Kawanmu (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak sesat (dalam ilmu) dan tidak pula menyimpang (dalam amal).” (QS. An-Najm: 2).
Dalam Ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyucikan petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari dua macam kerusakan yaitu: adh-dhalaal (kesesatan/ kerusakan dalam ilmu dan pemahaman), dan al-ghawaayah/ al-ghayy (penyimpangan/ kerusakan dalam amal). Ini berarti dalam petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tedapat dua bimbingan sekaligus: Al-Huda (bimbingan dalam ilmu dan pemahaman) dan Al-Rusyd (bimbingan dalam amal), dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling sempurna dalam memahami dan mengamalkan Agama ini.
2. Contoh dari Sahabat radliyallahu 'anhum :
Demikian pula dua bimbingan ini ada pada petunjuk yang dibawa oleh Al-Khulafa’ Ar-raasyidiin (para Sahabat utama yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat), sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
وقال
عليه الصلاة والسلام :
" ...
فعليكم
بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين
، ......" رواه
أحمد وأبوداود والترمذي وقال :
حديث
حسن صحيح .
Dalam Hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyifati para sahabat utama yang menggantikan kepemimpinan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat sebagai Al-Khulafa’ Ar-Raasyidiin Al-Mahdiyyin, artinya para khalifah yang memiliki Al-Rusyd yaitu bimbingan dalam amal (lawan dari al-ghawaayah), dan memiliki Al-Huda yaitu bimbingan dalam ilmu dan pemahaman (lawan dari adh-dhalaal). Maka ini menunjukkan bahwa orang yang benar-benar mengikuti petunjuk Al-Khulafa’ Ar-Raasyidiin dan termasuk para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara keseluruhan akan terbimbing dengan baik dalam memahami dan mengamalkan Agama Islam ini.
3.
Contoh dari Tabi'in ,murid-murid
Sahabat radliyallahu
'anhum :
Kita
dapati para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari kalangan At-Tabi’in
yang
langsung menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
mereka tidak hanya mempelajari dari para sahabat radliyallahu
'anhum
ilmu
secara teori, akan tetapi mereka juga mempelajari bagaimana
mengamalkan dan mempraktekkan ilmu tersebut.
Muhammad bin
Sirin Al Bashri rahimahullah (wafat
tahun 110 H),
Dalam masalah ilmu :
Beliau seorang Imam besar Tabi’in yang sangat terpercaya dan teliti dalam meriwayatkan Hadits,
قال
محمد بن جرير الطبري :
كان
ابن سيرين فقيها ، عالما ، ورعا أديبا ،
كثير الحديث ، صدوقا ، شهد له أهل العلم
والفضل بذلك ، وهو حجة .
Dalam masalah
amal :Dalam biografi beliau diterangkan bahwa beliau adalah orang yang sangat wara’ (hati-hati dalam masalah halal dan haram) dan tekun beribadah, sehingga
قال
أبو عوانة :
رأيت
محمد بن سيرين في السوق ، فما رآه أحد إلا
ذكر الله .
“Aku melihat
Muhammad bin sirin di pasar, tidaklah seorangpun melihat dia kecuali
orang itu akan mengingat Allah”.4. Contoh dari Tabi'utTabi'in,murid-murid Tabi'in rahimahumullah :
Abdullah bin Al Mubarak Al Marwazi rahimahullah (wafat tahun 181 H),
Dalam masalah ilmu :
Imam besar yang ternama dari kalangan Atba’ut Tabi’in (murid para Tabi’in) yang semangat dalam menuntut ilmu,
يقول
عبد الرحمن بن أبي حاتم :
«سمعت
أبي يقول:
كان
ابن المبارك رَبَعَ
الدنيا بالرحلة في طلب الحديث، لم يدع
اليمن ولا مصر ولا
الشام ولا الجزيرة والبصرة ولا الكوفة»،
وقد شهد له أحمد
بن حنبل بذلك
أيضاً.
Dimana
mendapatkan ilmu dia tulis,tidak peduli apakah beliau ambil faedah
ilmu tersebut dari seniornya atau yuniornya,guru,kakak kelas atau
adik kelasnya,dalam biografinya tercatat,
وقد
كان ينشد العلم حيث رآه ويأخذه حيث وجده،
لا يمنعه من ذلك مانع، كتب عمن هو فوقه،
وعمن هو مثله، وتجاوز ذلك حتى كتب العلم
عمن هو أصغر منه.
Dalam masalah amal :
Beliau disifati sebagai orang yang terkumpul padanya semua sifat-sifat baik, sampai-sampai Imam Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah memuji beliau dengan mengatakan:
قال ابن
عُيينة :
نظرت
في أمر الصحابة، وأمر عبد الله، فما رأيت
لهم عليه فضلاً إلا بصحبتهم النبي ، وغزوهم
معه.
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :
وهو
الذي قال عنه الحافظ في التقريب:
ثقة
فقيه إمام جَوَادٌ
مجاهد جمعت فيه خصال الخير.
“Dia adalah
seorang yang terpercaya lagi sangat teliti (dalam meriwayatkan
Hadits), orang yang memiliki ilmu dan pemahaman (yang dalam),
dermawan lagi berjihad (di jalan Allah Ta’ala), terkumpul
padanya (semua) sifat-sifat baik”.
5. Contoh Ulama sesudah mereka rahimahumullah :
Biografi Imam besar penghafal Hadits yang ternama,
هو
الإمام أبو داود، سليمان بن الأشعث بن
إسحاق السجستاني، أحد حفاظ الحديث وعلمه
وعلله، صاحب السنن.
Abu Dawud
Sulaiman bin Al Asy’ats As Sijistani (wafat tahun 275 H), pemilik
kitab “Sunan Abi Dawud”.
Dalam nukilan itu disebutkan mata rantai guru-guru beliau dalam mempelajari ilmu Hadits sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
- Imam Ahmad
bin Hambal: guru utama Imam Abu Dawud,
- Kemudian
وكيعُ
بن الجرَّاح :
termasuk guru utama Imam Ahmad,
- Lalu
سفيان بن
سعيد بن مسروق الثوري :
guru utama Imam Waki’ bin Al Jarrah,
- Selanjutnya
منصور بن المعتمر
:
termasuk guru utama Sufyan Ats Tsauri,
- Seterusnya
إبراهيم بن
يزيد النخعي :
termasuk guru utama Manshur bin Al Mu’tamir,
- Kemudian
علقمة
بن قيس النخعي :
guru utama Ibrahim An Nakha-i dan termasuk murid ‘senior’
Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud ,
- Selanjutnya
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang langsung
menimba ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Yang menarik dari nukilan itu adalah semua Imam-imam besar tersebut disifati sebagai “orang yang diserupakan dengan gurunya dalam petunjuk dan tingkah lakunya”,
كان
أبو داود يُشبَّه بأحمد بن حنبل في هديه
ودله وسمته، وكان احمد يشبه في ذلك بوكيع،
وكان وكيع يشبه في ذلك بسفيان، وسفيان
بمنصور، ومنصور بإبراهيم، وإبراهيم
بعلقمة، وعلقمة بعبد الله بن مسعود، وقال
علقمة:
كان
ابن مسعود يشبه بالنبي صلى الله عليه وآله
في هديه ودله.
mulai dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau diserupakan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam petunjuk dan tingkah laku beliau, kemudian ‘Alqamah diserupakan dengan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dalam petunjuk dan tingkah laku beliau, seterusnya sampai kepada Imam Abu Dawud, beliau diserupakan dengan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah dalam petunjuk dan tingkah laku beliau.
Dalam nukilan tersebut kita dapati bahwa para Ulama Ahlus Sunnah dalam menimba ilmu Agama tidak hanya mengutamakan pengambilan ilmu secara teori belaka, akan tetapi mereka juga mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku guru-guru mereka secara maksimal, sehingga Imam Abu Dawud rahimahullah dapat mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui teladan yang beliau ambil dari guru-guru beliau padahal rentang masa antara beliau dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat jauh sekali.
6. Contoh Ulama Abad ini :
Syaikh Abdul'Aziz bin Baz rahimahullah (wafat tahun 1420 H ,sekitar 13-an tahun yang lalu)
Kesaksian Syaikh AbdulMuhsin Al-Abbad hafidzhohullah Ta'ala setelah menyebutkan pujian Ibnu Hajar terhadap Imam Abdullah ibnulMubarak,lalu berkata :
وهذه
الأوصاف التي ذكرها الحافظ ابن حجر عن
الإمام عبد الله بن المبارك رحمة الله
عليه تُشبٍّهها صفات سماحة شيخنا الشيخ
عبد العزيز بن باز رحمة الله عليه، فقد
جمع الله تعالى فيه كثيراً من خصال الخير.
Adapun ilmunya
sudah ma'ruf dari kitab-kitab dan kedudukan beliau. Dengan
demikian beliau juga mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah
laku Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melalui
teladan yang beliau ambil dari guru-guru beliau padahal rentang masa
antara beliau dengan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa
sallam sangat
jauh sekali.Disusun dari dari tulisan dan ceramah Ustadzuna Abdullah Taslim,MA hafidzhullah dengan sedikit tambahan dan perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar