Judul kolom

Kamis, 14 Agustus 2014

Sesudah Ramadhan :

الحمدُ لله مقدِّرِ المقدور ومصرِّفِ الأيام والشهورِ. وأحمَدُه على جزيل نِعَمِهِ، وهو الغفورُ الشكور، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريك له. له الملكُ وله الحمدُ، وهو على كل شيء قدير، وأشهدُ أنَّ محمداً عبده ورسوله البشير النذير، والسراجُ المنير. صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وسلَّم تسليماً كثيراً إلى يوم البعث والنشور.
أيها الناس، اتقوا الله تعالى ؛ فإن تقوى الله جل وعلا خير زاد ، قال الله تبارك وتعالى: {وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ}[البقرة:197]
 عباد الله ،
Renungkanlah betapa cepatnya berlalunya waktu,
جاء رمضان ومضى ،وأتى العيد وانقضى، وهذه سنة الله في خلقه لكل شيء إقبال وإدبار، وبداية ونهاية وحياة وموت
.

Rabbuna, Rabbul`Alamin telah menganugerahkan kepada kita kenikmatan bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan yang penuh barakah dan kebaikan.
Adapun :
A.  Barangsiapa yang banyak menelantarkan bulan Ramadhan dan banyak melakukan kesalahan di dalamnya,
فليتُب إلى الله، وليبدأ حياة جديدة ,sibukkanlah dirinya dengan melakukan ketaatan kepada Rabb-nya,sebagai ganti keburukan yang terlanjur dia lakukan,sesungguhnya Rasulullah
صلى الله عليه و سلم telah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani :
 ( وأتبع السيئةَ الحسنةَ تمحها)
B.   Barangsiapa yang telah Allah mudahkan beramal shalih di saat bulan Ramadhan :
فليحمَدِ الله وليسألْهُ القبولَ والاستمرارَ على الطاعة
Ketahuilah,sesungguhnya tanda diterimanya sebuah amal adalah
قال ابن رجب ـ رحمه الله ـ:
(من عمل طاعة من الطاعات وفَرَغَ منها فعلامة قبولها أن يَصلَها بطاعة أخرى، وعلامة ردها أن يَعْقُبَ تلك الطاعة بمعصية(

Oleh karena itu ketika Ibnu Taimiyah -rahimahullah- menjelaskan bahwa seseorang yang ingin melakukan suatu amalan, dia berkepentingan dengan beberapa hal yang bersangkutan dengan sebelum beramal, ketika beramal dan setelah beramal,dan ini mencakup seluruh amal shalih ,seperti shalat,puasa,zakat,berbakti kepada orang tua ,maupun ibadah berorganisasi ta`awun `alal birri wat taqwa,berumahtangga,bertetangga,maka dalam semua hal itu perhatikan 3 sikap berikut ini:

1.    Adapun perkara yang dibutuhkan sebelum beramal

adalah menunjukkan sikap tawakal kepada Allah dan semata-mata berharap kepada-Nya agar menolong dan meluruskan amalannya.

2.    Di saat mengerjakan amalan ibadah:
Poin yang perlu diperhatikan seorang hamba adalah: ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua hal inilah yang merupakan dua syarat diterimanya suatu amalan di sisi Allah.

3.    Usai beramal :
Seorang hamba membutuhkan untuk memperbanyak istigfar atas kurang sempurnanya ia dalam beramal, dan juga butuh untuk memperbanyak hamdalah (pujian) kepada Allah Yang telah memberinya taufik sehingga bisa beramal.
Dalam hati seorang hamba yang muwaffaq ,benar-benar menghayati bahwa karunia kemudahan beramal shalih selama Ramadhan itu berasal dari Allah ;
 }هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ{
Dan menghayati :
لا حول ولا قوة إلا بالله

Apabila seorang hamba bisa mengombinasikan antara hamdalah dan istigfar, maka dengan izin Allah ta’ala, amalan tersebut akan diterima oleh-Nya.
Hal ini perlu diperhatikan betul-betul, karena setan senantiasa mengintai manusia sampai detik akhir setelah selesai amal sekalipun! Makhluk ini mulai menghias-hiasi amalannya sambil membisikkan, “Hai fulan, kau telah berbuat begini dan begitu… Kau telah berpuasa Ramadhan… Kau telah shalat malam di bulan suci… Kau telah menunaikan amalan ini dan itu dengan sempurna…” Dan terus menghias-hiasinya terhadap seluruh amalan yang telah dilakukan sehingga tumbuhlah rasa ‘ujub (sombong dan takjub kepada diri sendiri) yang menghantarkannya ke dalam lembah kehinaan. Juga akan berakibat terkikisnya rasa rendah diri dan rasa tunduk kepada Allah Ta’ala.
Padahal jika seorang hamba merenungkan keagungan Allah dan besarnya hak-Nya atas diri kita,maka betapapun kuatnya seseorang melakukan ibadah,betapapun banyaknya seseorang beramal shalih,pastilah ia akan memandang kecil ibadah itu pada hari Akhir kelak,karena Rasulullah صلى الله عليه و سلم telah bersabda :
))لو أن رجلا يُجَرّ على وجهه من يوم ولد إلى يوم يموت هَرٍمًا في مرضاة الله عز وجل لحَقّرَه يوم القيامة(( 
رواه الإمام أحمد ، "السلسلة الصحيحة" 1 / 730
Seandainya seorang hamba disungkurkan wajahnya sejak dia lahir sampai mati,hingga tua renta beribadah menggapai keridhoan Allah `Azza Wa Jalla,niscaya dia akan memandang kecil ibadahnya tersebut pada hari Kiamat


الشرح :
كله عبادة متواصلة لا نوم ولا أكل ولا شرب، كله عبادات متواصلة في مرضاة الله عز وجل لحقره يوم القيامة، يعني: بجانب ما يرى من الواجب عليه في النعم وحق الله يرى أن ما عمله طيلة حياته من يوم ولد إلى يوم يموت يراه لا شيء بجانب حق الله، ولذلك لا يمكن أن يكون المسلم مغتراً بالعبادة مهما كثرت عبادته؛ لأن من عرف الله وعرف النفس، يتبين له أن ما معه من البضاعة لا يكفيه ولو جاء بعمل الثقلين، وإنما يقبله الله بكرمه وجوده وتفضله، ويثيب عليه بكرمه وجوده وتفضله.


Khutbah ke-2 :

الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، لا رب لنا سواه ولا نعبد إلا إياه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ومصطفاه، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن والاه، وسلَّم تسليماً كثيراً، أما بعد،
أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله تعالى و اعلموا
: ليس العيد لمن لبس الجديد إنما العيد لمن طاعته تزيد
و ليس العيد لمن تجمل باللباس و المركوب إنما العيد لمن غفرت له الذنوب

Kesempurnaan kebahagiaan `Ied itu hakekatnya bukanlah semata-mata milik orang yang mengenakan pakaian baru,akan tetapi sesungguhnya kebahagiaan tersebut milik orang yang keta`atannya bertambah dengan sebab Ramadhan, demikian pula kesempurnaan kebahagiaan `Ied itu hakekatnya bukanlah semata-mata milik orang yang berhias dengan pakaian dan kendaraan, akan tetapi sesungguhnya kebahagiaan tersebut milik orang yang diampuni dosa-dosanya

أيها المؤمنون عباد الله
Ketauhilah,bahwa prinsip hamdalah dan istighfar adalah prinsip harian seorang Muslim,bukan hanya prinsip tahunan sesudah kita selesai melakukan bulan Ramadhan.
Lihatlah aktivitas dzikir pagi dan sore,seorang Muslim disyari`atkan mengucapkan sayyidul istighfar ,diantara kalimatnya :
 )أبوء لك بنعمتك علي وأبوء بذنبي(
“…aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau anugerahkan kepada-ku dan aku mengakui dosaku…”
2 prinsip hidup yang agung ini menyebabkan sirnanya penyakit-penyakit amal,seperti `ujub,sombong,riya’,sum`ah dan rerdorongnya seseorang untuk banyak intropeksi diri/muhasabah,mudah menerima masukan,mudah kerjasama dengan orang lain karena mudah mengakui kenikmatan Allah yang ada pada orang lain,mudah berterimakasih kepada orang lain karena dia mudah bersyukur kepada Allah dengan cara berterimakasih kepada orang lain perantara tersampaikan sebuah kebaikan kepada dirrinya.

Ibnul Qoyyim menjelaskan hakekat dari ke-2 prinsip ini dengan mengatakan :

و العبودية مَدَارها على قاعدتين هما أصلها: حبّ كامل و ذلّ تام 
“Dan Ibadah itu berkisar di atas 2 pondasi,keduanya adalah :
1.   Cinta yang sempurna kepada Allah,ini didapat dengan banyak mengingat kenikmatan Allah,lalu mengakui kelebihan orang lain dan berterima kasih atas jasanya -karena itu hakekatnya nikmat Allah-,sehingga tumbuh cinta dan syukur kepada Allah.
2.   Kerendahan dan ketundukan diri kepada Allah,didapatkan dengan banyak muhasabah menghitung-hitung kesalahan,kekurangan dan aib diri,sehingga terhindar dari `ujub,sombong seberapapun besarnya prestasi ibadahnya,ilmu dan amalnya.


Kita memohon kepada Allah Ta`ala agar setelah kita merasakan lezatnya beribadah pada bulan Ramadhan dan kebahagiaan pada Hari Raya `Iedul Fithri,Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang bahagia karena bertambah ketakwaan kita sebagai buah puasa,menjadi orang yang berbahagia dengan memiliki ciri khas bahagia yang disebutkan Ulama,yaitu :
إذا أعطي شكر، وإذا ابتلي صبر، وإذا أذنب استغفر 
Allahumma amin…
و صلى الله و سلم و بارك على عبده و رسوله نبيّنا محمد و آله
و صحبه أجمعين.
و آخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko online Muslim